FISIPERS – Setelah sukses mengadakan aksi “Pungut Sehelai Sampah” di pangkalan pungut Sungai Karang Mumus pada Sabtu (18/5/2024) lalu, Mahasiswa Hubungan Internasional A angkatan 2022 (Inrela) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman kembali melanjutkan komitmennya terhadap lingkungan dengan menyelenggarakan kegiatan “Sekolah Sungai”. Kegiatan ini berlangsung pada Jumat (31/5/2024) sekitar pukul 13.00 WITA, di Sekolah Sungai Karang Mumus yang berlokasi di Jl. Muang Ilir, Lempake, Samarinda. Sekolah sungai ini merupakan hasil kolaborasi dengan Gerakan Memungut Sehelai Sampah-Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) Kota Samarinda.
Dalam wawancara dengan awak Fisipers, Enny Fathurachmi, S.IP., M.Si., selaku dosen pengampu mata kuliah Politik Lingkungan program studi Hubungan Internasional kelas A angkatan 2022, mengungkapkan bahwa ini adalah kali pertama praktik kuliah lapangan dilakukan di sekolah sungai.
“Kalau untuk mata kuliah politik lingkungan ini pertama kali, jadi beruntunglah angkatan kalian mendapatkan pengalaman praktek kuliah lapangan (di) sekolah sungai ini,” terangnya.
Lebih lanjut, Enny juga menjelaskan harapannya terhadap mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini.
“Yang terpenting adalah memahami apa itu fungsi sungai, sebagaimana yang sering saya katakan bahwa sungai itu adalah jantung kehidupan, dan mahasiswa perlu tau kevitalan dari fungsi sungai itu. Dan melihat langsung kondisi sungai ya ini akan sekali lagi memberikan inspirasi untuk menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan bagi mahasiswa,” imbuhnya.
Sementara itu, Misman yang merupakan Ketua GMSS-SKM Kota Samarinda menekankan tujuan utama dari Sekolah Sungai ini.
“(Tujuannya) untuk mengedukasi siapapun warga yang ada di Samarinda untuk memahami eksistensi sungai. Eksistensi sungai itu kalau di Samarinda, airnya sebagai sumber kehidupan vital bagi manusia dan makhluk Tuhan lainnya. Jadi secara makro kesatuan kehidupan suatu makhluk baik yang bernyawa maupun tidak itu saling bergantung dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain, nah itu yang harus dijaga. Makanya kita mengenal adab ekologi dan menanamkan pemahaman hidup dengan adab ekologi dengan berbagai ekosistemnya,” terang Misman.
Misman menjelaskan bahwa Sekolah Sungai beroperasi sejak tahun 2015 dan telah melakukan berbagai kolaborasi, diantaranya dengan Pemerintah, NGO Prancis, Dubes Amerika, serta Polandia. Baik formal maupun tidak, dan dari tingkat nasional hingga internasional juga sudah pernah dilakukan kolaborasi. Misman juga menyebut GMSS-SKM Kota Samarinda terbuka untuk aksi kerjasama.

Kegiatan Sekolah Sungai ini diharapkan dapat menanamkan dan meningkatkan kesadaran ekologis pada para mahasiswa dan masyarakat, serta memperkuat sinergi dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup di sekitar Sungai Karang Mumus.
“Menurut saya, yang paling penting bagi akademisi terkait lingkungan adalah memberikan pemahaman kepada siapapun tentang ruang kehidupan lingkungan hidup baik itu mencakup manusia, tumbuhan, dan hewan. Jika tidak, dapat terjadi invasif di mana ruang tersebut akan terlalu didominasi oleh manusia, atau makhluk dari satu jenis saja misalnya, yang juga dianggap sebagai invasif. Oleh karena itu, keanekaragaman hayati harus tetap dijaga,” Tutup Misman.
(nms/sel)