FISIPERS – Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) FISIP Unmul menggelar aksi solidaritas bertajuk “Kobaran Cipta Sungkawa” pada Kamis (24/4) malam. Aksi ini menjadi wujud keprihatinan mendalam dan kepedulian terhadap berbagai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) serta tragedi kemanusiaan yang terjadi di tingkat regional, nasional, hingga internasional.
Bertempat di ruang terbuka Teras Samarinda, aksi ini diinisiasi oleh MPM FISIP Unmul bersama berbagai organisasi kemahasiswaan serta mahasiswa FISIP lainnya.
Rangkaian acara diisi dengan orasi yang membakar semangat solidaritas, pembacaan puisi yang menyentuh kalbu, doa bersama untuk para korban, serta penyampaian pernyataan sikap yang tegas terhadap berbagai bentuk ketidakadilan.
Sejumlah isu menjadi sorotan utama dalam aksi ini, mencerminkan keprihatinan mahasiswa terhadap berbagai peristiwa yang meresahkan publik. Isu-isu tersebut meliputi kasus pembunuhan jurnalis Juwita, pengeroyokan terhadap Fahrul Abdillah, penggusuran paksa masyarakat Bara-Baraya, konflik agraria di Sukahaji, kekerasan terhadap warga Desa Iwul Parung Bogor, hingga pembunuhan Paman Russel.
Solidaritas juga disampaikan kepada masyarakat Muara Kate, Batu Kajang, serta Merauke yang mengalami ketidakadilan.
Lebih lanjut, aksi “Kobaran Cipta Sungkawa” juga menyoroti isu-isu krusial lainnya, seperti kekerasan terhadap perempuan, pembantaian warga sipil di Gaza, pemutusan hubungan kerja (PHK) massal, serta pembunuhan terhadap Pandu Brata Siregar, Afif Maulana, Gamma Riskynata, dan berbagai bentuk kekerasan serta ketidakadilan yang dialami buruh tani di berbagai wilayah Indonesia.

Aksi ini sekaligus menjadi respons terhadap berbagai tragedi kemanusiaan menjelang peringatan Hari Buruh Internasional (May Day) di bulan Mei.
Dalam pernyataan sikapnya, MPM FISIP menegaskan bahwa mahasiswa tidak akan tinggal diam melihat ketidakadilan dan penderitaan yang terus terjadi.
Mereka mengingatkan bahwa Undang-Undang Dasar 1945 menjamin berbagai hak asasi manusia, mulai dari hak atas penghidupan yang layak, hak untuk mempertahankan hidup, hak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, hingga hak atas perlakuan yang sama di hadapan hukum.
Aksi solidaritas ini ditutup dengan doa bersama dan penyalaan lilin dalam suasana tenang, menjadi simbol duka cita yang mendalam sekaligus harapan akan perubahan menuju dunia yang lebih adil.
Jamil Nur, Presiden BEM FISIP Unmul, dalam tanggapannya menyampaikan bahwa aksi ini merupakan bentuk solidaritas nyata dari seluruh elemen MPM FISIP terhadap berbagai tragedi kemanusiaan yang terjadi di berbagai tingkatan.
“Rangkaian kegiatan Cipta Sungkawa—yang meliputi orasi, pembacaan puisi reflektif, doa bersama, serta penyalaan lilin—adalah ekspresi duka cita atas banyaknya peristiwa pilu yang terjadi, sekaligus pernyataan sikap terhadap pelanggaran HAM dan tragedi kemanusiaan,” ujar Jamil saat diwawancarai pada Kamis (24/4).
“Tujuan dari aksi Cipta Sungkawa ini adalah untuk menggugah kesadaran mahasiswa dan masyarakat bahwa kondisi Indonesia serta dunia sedang tidak baik-baik saja,” tambahnya.
“Melalui doa bersama dan pernyataan sikap ini, MPM FISIP menyampaikan rasa duka yang mendalam kepada seluruh korban dan keluarga korban. Kami juga mendesak agar seluruh pelanggaran HAM yang terjadi segera diselesaikan secara adil dan transparan,” pungkasnya.
Aksi “Kobaran Cipta Sungkawa” di Teras Samarinda ini menjadi bukti nyata kepedulian dan kepekaan mahasiswa FISIP Unmul terhadap isu-isu kemanusiaan, sekaligus menegaskan komitmen mereka untuk terus menyuarakan keadilan dan kebenaran.
(emf/dna)