FISIPERS – Sejumlah mahasiswa Program Studi (Prodi) S-1 Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Mulawarman (Unmul) telah berhasil menggelar kampanye mengenai isu lingkungan yang bertajuk “Second Life for Second Hand Campaign” di SD Katolik 2 W.R Soepratman 045, Samarinda pada Senin (25/1/24).
Tim kampanye tersebut sukses menyampaikan materi tentang klasifikasi sampah dan pengolahan limbah sampah menjadi barang yang memiliki nilai guna melalui praktik langsung dengan membuat berbagai kerajinan tangan.
Dwi, selaku Ketua Tim 242 (Second Life for Second Hand), mengungkapkan bahwa tujuan diadakannya kampanye ini adalah untuk memberi pemahaman tentang kegunaan lain dari barang-barang yang sudah tidak terpakai dengan mengubahnya menjadi barang baru yang dapat dimanfaatkan kembali. Selain itu, kampanye ini juga bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga lingkungan dengan memisahkan sampah organik dan anorganik agar dapat dibuang sesuai dengan tempatnya.
Aksi kampanye tersebut berhasil mengundang atensi para siswa yaitu sebanyak sekitar 50 siswa sebagai partisipan dan berhasil melebihi target yang awalnya ditargetkan sebanyak 25 siswa. Hal ini dikarenakan SD Katolik 2 sebagai lokasi kampanye juga memiliki sebuah program yang bernama “Ramah Lingkungan Sekolah”.
Dwi juga menjelaskan alasan memilih siswa SD sebagai sasaran kampanye karena merupakan kelompok yang tepat untuk menanamkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan. “Kami memilih siswa SD karena usia ini adalah masa pertumbuhan yang krusial bagi mereka, di mana informasi yang mereka terima memiliki potensi besar untuk membentuk karakter dan nilai-nilai di masa depan. Selain itu, kami memilih anak-anak SD untuk mendorong kreativitas mereka dalam menghasilkan inovasi dan menciptakan barang baru dari sampah yang sulit terurai,” ujar Dwi saat diwawancarai.

Meskipun dilakukan dalam skala kecil, Dwi dan Tim berharap bahwa setidaknya kampanye ini dapat memberikan dampak positif terhadap masyarakat, terutama anak-anak, yang masih belum mampu membedakan antara sampah organik dan anorganik serta membuangnya di tempat yang tepat. Selain itu, mereka juga berharap adanya peningkatan dalam kegiatan daur ulang sampah, khususnya sampah anorganik, agar dapat diubah menjadi barang-barang yang bermanfaat demi menjaga keberlangsungan lingkungan hidup.
(NMS)