FISIPERS – Berangkat dari kasus kekerasan seksual di Kota Samarinda yang kian marak terjadi, Himpunan Mahasiswa Psikologi (HIMAPSI) Universitas Mulawarman (Unmul) semangat suarakan pentingnya pendidikan seks melalui Workshop yang bertajuk “Edukasi Sex ke Anak, Tabu Gak Ya” pada Sabtu (25/05/24) lalu di Gedung I-Lab Universitas Mulawarman.
Dengan menggandeng tokoh profesional yakni dr. Diane Meytha Supit, Sp. A (K) serta Rizqi Syafrina, S.Psi., M.Psi., Psikolog, pertanyaan tabu tidaknya edukasi seks yang tertulis dalam tema, berhasil terjawab melalui penjelasan yang dibawakan.
Perlu diketahui berdasarkan data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPA), dalam rentan tahun 2019-2023, kasus kekerasan pada anak tahun 2022 berada di posisi tertinggi yakni 9.588 dengan tempat kejadian paling banyak di lingkungan rumah tangga. Hal ini tentunya menjadi peringatan besar bagi Indonesia untuk menangani kasus-kasus tersebut. Keluarga sebagai lingkup tumbuh kembang anak tentu punya peran besar guna memberikan edukasi seksual sejak dini.

Dalam penjelasannya dr. Diane menegaskan, pendampingan orang tua kepada anaknya ialah hal yang sangat penting. “Jangan sampai anak mendapat pemahaman tentang seks di tempat yang salah,” tutur dokter yang menjadi pembicara dalam acara ini. Ia juga menjelaskan secara baik bagaimana mengedukasi pendidikan seks pada anak sesuai jenjang umur. Hal ini dimaksudkan agar anak lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, serta menanamkan nilai moral dan agama di kehidupan sehari-harinya.
Selain itu, narasumber pun mengungkapkan edukasi seks masih kerap dianggap tabu oleh masyarakat karena terkesan mengajarkan tentang sex itu sendiri, padahal edukasi ini dilakukan supaya anak-anak sadar dan paham tentang batasan serta tahu bagaimana cara menghindari kekerasan seksual.

Selaku ketua panitia, Salwa Azzahra Rahmadani merasa kagum dan bersyukur peserta yang mendaftar tidak hanya dari kalangan mahasiswa saja, melainkan juga dari sejumlah orang tua di Kota Samarinda. “Ternyata yang datang banyak juga dari kalangan orang tua gitu, karena kami gak mencantumkan umur di Google Form, jadi kami cuman tahu nama mereka saja. Sedangkan ternyata oh banyak yang datang dari kalangan orang tua, jadi saya ngerasa puas dan bersyukur pastinya,” ungkap Salwa.
Antusiasme 40 peserta pun tampak dari awal hingga akhir kegiatan. Hal-hal tersebut tentunya menjadi gambaran bahwa tidak sedikit masyarakat yang semakin melek terhadap kasus kekerasan seksual. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa workshop seperti ini jelas menjadi pemantik yang menyadarkan setiap orang perihal adanya problematika sosial yang mengancam kesejahteraan dan kemajuan bermasyarakat.
(rla)